Monday, October 17, 2011

Kulitas Vokal Festival Teater Jakarta 2006 Membaik

MARILAH para koruptor sebangsa dan setanah air… kita tingkatkan semangat juang kita mengkorup uang negara. Saya tahu, saat ini banyak fihak yang mengeritik eksistensi kita. Banyak orang menginginkan agar para koruptor seperti kita dihukum seberat-beratnya. Dimasukkan ke penjara!
    Itulah salah satu bait cerpen sang Koruptor karya Agus Noor yang dibacakan oleh Butet Kartaredjasa dengan logat mantan Presiden Seoharto pada penutupan Festival Teater Jakarta 2006, di gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.
Si raja monolog itu memang pandai menirukan suara pejabat saat berpidato, misalnya suara Soeharto, BJ Habibie, suara Presiden SBY. Butet juga dikenal sebagai Presiden SBY (Si Butet dari Yogya) dalam acara Republik Mimpi yang ditayangkan Metro TV.
    Keterkaitan antara penampilan Butet dengan Festival Teater Jakarta 2006 terdapat pada kualitas vokal. Butet memiliki kualitas vokal yang tepat untuk bermain teater maupun sinema. Penampilan Butet menjadi contoh bagi para peserta festival teater yang kebanyakan dari generasi muda itu, bahwa seperti Butetlah minimalnya melapalkan dialog dalam pertunjukan teater.
    Putu Wijaya, salah satu Juri mengatakan, gairah FTJ tahun ini terlihat pada kualitas dialog yang membaik. Banyak aktor mampu menyampaikan kata sehingga terdengar dengan baik oleh penonton, “maka terjadilah interaksi yang baik,” tutur Putu saat memberikan pertanggungjawaban dewan juri.
    Selain vokal, menurut Putu, tata lighting dan seting panggung saat ini lebih bagus, bahkan perempuan juga ikut mendirikan panggung. Juga, kata pentolan Teater Mandiri itu, ada keberanian dari para pemian untuk menampilkan dunianya, yaitu dunia ABG.

Juara-juara

Juara I grup teater terbaik FTJ 2006 dimenangkan oleh Teater Indonesia (Jakarta Pusat), Juara II oleh Studi Teater 24 (Jakarta Barat, dan Juara III untuk Teater Cermin (Jakarta Barat).
    Sutradara terbaik diraih oleh Irwin Mula Limbong dari Studi Teater 24, pemain pria terbaik direbut Budi Ketcil yang berperan sebagai professor Real Man dalam lakon Kenapa Tidak Mati-mati yang dimainkan oleh Teater Indonesia. Sedangkan pemain wanita terbaik diraih Reni Kaha yang berperan sebagai Pateman dalam lakon Surat pada Gubernur yang dimainkan Studi Teater 24.
    FTJ 2006 memunculkan nama Irman Nisha dari Studi Teater 24 yang menjadi penata artistik terbaik, dan Wahyu dari Teater Indonesia sebagai penata musik terbaik.

Tulisan ini pernah dimuat di koran Jurnal Nasional

No comments:

Post a Comment

tulisan yang nyambung